Asuhan Kehamilan Dan Persalinan Dengan Penyakit Jantung
A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
1. Struktur Anatomi Sistem Kardiovaskuler
a. Jantung
Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut, berongga, basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apeks nya miring ke sebelah kiri. Beratnya sekitar 250 – 300 gram. Jantung berada di dalam torax, antara kedua paru-paru dan di belakang sternum. Kedudukan yang tepat dapat di gambarkan pada kulit dada. Sebuah garis yang ditarik dari kosta ke-3 kanan, 2 cm dari sternum, ke atas kosta ke-2 kiri, 1 cm dari sternum menunjukan kedudukan basis jantung tempat pembuluh darah masuk dan keluar.
Tititk sebelah kiri antara interkosta ke-5 dan ke-6 atau di dalam ruang interkosta ke-5 kiri 4 cm dari garis medial menunjukan kedudukan apeks jantung, yang merupakan ujung tajam dari ventrikel. Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus terdiri atas tiga lapis : pericardium (pembungkus luar ), mio kardium (lapisan otot tengah) dan endo kardium (batas dalam).
Jantung terbagi oleh sebuah septum menjadi dua belah kiri dan kanan. Sesudah lahir tidak ada hubungan antara kedua belahan ini. Setiap belahan terbagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium yang bawah disebut ventrikel. Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup trikuspidalis. Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup bikuspidalis (mitral). Kedua katup ini disebut katup Atrio-ventrikuler. Antara ventrikel kiri dengan aorta terdapat katup semilunar aorta. Antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis terdapat katup semilunar pulmonalis.
Tititk sebelah kiri antara interkosta ke-5 dan ke-6 atau di dalam ruang interkosta ke-5 kiri 4 cm dari garis medial menunjukan kedudukan apeks jantung, yang merupakan ujung tajam dari ventrikel. Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus terdiri atas tiga lapis : pericardium (pembungkus luar ), mio kardium (lapisan otot tengah) dan endo kardium (batas dalam).
Jantung terbagi oleh sebuah septum menjadi dua belah kiri dan kanan. Sesudah lahir tidak ada hubungan antara kedua belahan ini. Setiap belahan terbagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium yang bawah disebut ventrikel. Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup trikuspidalis. Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup bikuspidalis (mitral). Kedua katup ini disebut katup Atrio-ventrikuler. Antara ventrikel kiri dengan aorta terdapat katup semilunar aorta. Antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis terdapat katup semilunar pulmonalis.
b. Pembuluh darah
* Arteri.
Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah berisi zat-zat pengatur yang di kirim ke sel-sel seluruh tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari pentrikel kiri disebut aorta. Arteri mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi elastis.
* Vena
* Vena
Merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari jaringan ke jantung. Vena mempunyai dinding lebih tipis, memiliki katup-katup yang berguna untuk mencegah agar darah tidak kembali.
* Kapiler
* Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang sangat halus, berfungsi sebagai alat penghubung antara arteri dan vena serta tempat terjadinya pertukaran zat-zat.
Baca juga Definisi Epilepsi, Jenis Epilepsi Dan Anti Konvulsi
Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
a. Sirkulasi Sistemik (peredaran darah besar). Adalah aliran darah melalui ventrikel kiri, arteri, kapiler, kembali ke atrium kanan melalui vena. Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta. Aorta bercabang menjadi arteri lebih kecil yang mengantarkan darah ke berbagai bagian tubuh dimana berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstiil di dalam kapiler.
Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung membentuk venula kemudian bersatu menjadi vena. Venakapa inferior mengumpulkan dari badan dan anggota gerak bawah, dan venakapa superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan.
Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung membentuk venula kemudian bersatu menjadi vena. Venakapa inferior mengumpulkan dari badan dan anggota gerak bawah, dan venakapa superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan.
b. Sirkulasi Pulmonal (peredaran darah kecil). Adalah aliran darah dari ventrikel kanan, masuk ke dalam paru-paru dan kembali ke atrium kiri. Darah dari vena kappa superior dan inferior masuk ke atrium kanan kemudian masuk ke pentrikel kanan yang berkontraksi dan memompakan darah ke arteri pulmonalis yang bercabang dua untuk mengantarkan darah nya ke paru-paru kiri dan kanan.
Didalam jaringan paru-paru terjadi pertukaran untuk mengambil O2 dan melepas CO2. Kemudian melalui vena pulmonalis darah dituangkan ke atrium kiri kemudian mengalir masuk ke dalam ventrikel kiri. Ventrikel kiri berkontraksi dan darah dipompa masuk ke aorta dan mulai sirkulasi sistemik.
Didalam jaringan paru-paru terjadi pertukaran untuk mengambil O2 dan melepas CO2. Kemudian melalui vena pulmonalis darah dituangkan ke atrium kiri kemudian mengalir masuk ke dalam ventrikel kiri. Ventrikel kiri berkontraksi dan darah dipompa masuk ke aorta dan mulai sirkulasi sistemik.
c. Mekanisme Kerja Jantung. Jantung berfungsi sebagai pompa, pompa sebelah kanan terdiri dari atrium kanan dan ventrikel kanan yang memompa darah yang belum teroksigenasi yang berasal dari pembuluh darah vena ke dalam sirkulasi pulmonal, serta pompa sebelah kiri terdiri dari atrium kiri dan ventrikel kiri yang memompa darah yang sudah teroksigenasi ke sirkulasi sistemik.
Setiap siklus denyut jantung terdiri dari kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) kedua atrium dan ventrikel secara berurutan dan teratur. Dengan adanya sistol dan diastole disertai membuka dan menutupnya katup menjadikan jantung bekerja sebagai suatu pompa. Penutupan katup-katup jantung menghasilkan bunyi. Bunyi jantung pertam (S1) timbul akibat penutupan katup trikuspidalis dan mitral.
Bunyinya lebih keras diodeskripsikan sebagai bunyi “Lub”. Bunyi jantung ke-2 timbul akibat penutupan katu semilunar yang dideskripsikan sebagai “Dub”. Jarak kedua bunyi adalah 1 detik atau kurang.
Setiap siklus denyut jantung terdiri dari kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) kedua atrium dan ventrikel secara berurutan dan teratur. Dengan adanya sistol dan diastole disertai membuka dan menutupnya katup menjadikan jantung bekerja sebagai suatu pompa. Penutupan katup-katup jantung menghasilkan bunyi. Bunyi jantung pertam (S1) timbul akibat penutupan katup trikuspidalis dan mitral.
Bunyinya lebih keras diodeskripsikan sebagai bunyi “Lub”. Bunyi jantung ke-2 timbul akibat penutupan katu semilunar yang dideskripsikan sebagai “Dub”. Jarak kedua bunyi adalah 1 detik atau kurang.
B. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Kehamilan
Dalam kehamilan terjadi perubahan pada sistem kardiovaskuler yang merupakan penyesuaian maternal secara anatomis dan fisiologis. Adaptasi tersebut untuk melindungi pungsi fisiologi normal karena peningkatan hormon tubuh saat kehamilan (Manuaba,1998), kebutuhan janin akan oksigen yang meningkat 10-20 % (Ben-Zion,1994) dan kebutuhan metabolic selama kehamilan, menjadikan bertambah banyaknya darah yang beredar sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Perubahan tersebut terutama disebabkan :
* Hipervolemia yaitu peningkatan volume plasma sebesar 22 %, mulai kehamilan 10 minggu sampai puncaknya pada 32-34 minggu, selanjutnya menetap selama triwulan terakhir (Hanifa, 1994), mulai kehamilan 8 minggu dan puncaknya 28-32 minggu (Muchtar,1994).
Peningkatan volume darar sebesar 20-100% dipengaruhi oleh beret badan, berat hasil konsepsi, dan gizi ibu (Ben-Zion,1994). Hipervolemia disebabkan antara lain oleh retensi garam dan air karena perubahan fungsi ginjal (Ben-Zion,1994). Hipervolemia bertujuan untuk :
* Hipervolemia yaitu peningkatan volume plasma sebesar 22 %, mulai kehamilan 10 minggu sampai puncaknya pada 32-34 minggu, selanjutnya menetap selama triwulan terakhir (Hanifa, 1994), mulai kehamilan 8 minggu dan puncaknya 28-32 minggu (Muchtar,1994).
Peningkatan volume darar sebesar 20-100% dipengaruhi oleh beret badan, berat hasil konsepsi, dan gizi ibu (Ben-Zion,1994). Hipervolemia disebabkan antara lain oleh retensi garam dan air karena perubahan fungsi ginjal (Ben-Zion,1994). Hipervolemia bertujuan untuk :
* Membantu filtrasi ginjal yang meningkat
* Mengurangi jumlah pengosongan volume rata-rata selama perdarahan pada persalinan dan nifas
* Membantu penyaluran oksigen yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan janin.
* Membantu penyaluran oksigen yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan janin.
Pembesaran uterus gravidus mendorong diafragma sehingga posisi jantung terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri, pembuluh darah besar di sekitar jantung mengalami lekukan dan putaran. Impuls pada apeks, point of maximum impuls (PMI) bergeser ke atas dan lateral sekitar 1-1,5 cm.
Perubahan posisi dan ukuran jantung serta hipervolemia menimbuklan perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama hamil. Bunyi S1 dan S2 lebih jelas terdengar, S3 jelas terdengar setelah kehamilan 20 minggu. Selain itu murmur ejeksi sistolik tingkat II dapat terdengar di atas daerah pulmonal (Bobak,2005).
Perubahan posisi dan ukuran jantung serta hipervolemia menimbuklan perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama hamil. Bunyi S1 dan S2 lebih jelas terdengar, S3 jelas terdengar setelah kehamilan 20 minggu. Selain itu murmur ejeksi sistolik tingkat II dapat terdengar di atas daerah pulmonal (Bobak,2005).
Perubahan tersebut mengakibatkan :
Terjadi haemodilusi yaitu pengenceran darah yang mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu (Hanifa,1994) atau minggu ke 28-32 (Muchtar,1998). Peningkatan Cardiac Output hingga 40 % yang terjadi pada awal kehamilan dan puncaknya minggu ke 20-24 (Varney,1997). 30-50% pada kehamilan 32 minggu, menurun sampai 20% pada minggu ke-40 (Bobak,2005). Cardiac Output = denyut jantung X stroke volume.
Peningkatan ini merupakan respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen jaringan (nilai normalnya 5-5,5L/menit). Hal ini menyebabkan meningkatnya frekwensi denyut jantung dan nadi mencapai 88x/menit pada kehamilan 34-36 minggu (Hanifa,1994), peningkatan 15 denyutan/menit (Ben-Zion,1994), peningkatan 10 denyutan/menit sehingga selama hamil terjadi peningkatan sebanyak 41.172.000 denyutan (Manuaba,1998).
Pada kehamilan lanjut ditemukan pergeseran pericardium ke kiri dan sering terdengar bising sistolok di daerah apeks dan katup pulmonal (Hanifa,1994). Jantung yang normal dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut, akan tetapi apabila seorang ibu hamil memiliki sejarah penyakit jantung, peningkatan Cardiac output ini akan meningkatkan resiko wanita hamil mengalami Decompensatio Cordis (Gagal Jantung).
Pada saat melakukan ANC penting untuk mengetahui gejala dan tanda kelainan jantung, karena itu bidan harus mewaspadai dan mengenali gejala dini Decompensatio Cordis. Puncak keadaan Decompensatio Cordis itu akan dijumpai pada waktu (Manuaba, 1998) :
* Puncak Haemodilusi darah minggu ke 28-32.
Peningkatan ini merupakan respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen jaringan (nilai normalnya 5-5,5L/menit). Hal ini menyebabkan meningkatnya frekwensi denyut jantung dan nadi mencapai 88x/menit pada kehamilan 34-36 minggu (Hanifa,1994), peningkatan 15 denyutan/menit (Ben-Zion,1994), peningkatan 10 denyutan/menit sehingga selama hamil terjadi peningkatan sebanyak 41.172.000 denyutan (Manuaba,1998).
Pada kehamilan lanjut ditemukan pergeseran pericardium ke kiri dan sering terdengar bising sistolok di daerah apeks dan katup pulmonal (Hanifa,1994). Jantung yang normal dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut, akan tetapi apabila seorang ibu hamil memiliki sejarah penyakit jantung, peningkatan Cardiac output ini akan meningkatkan resiko wanita hamil mengalami Decompensatio Cordis (Gagal Jantung).
Pada saat melakukan ANC penting untuk mengetahui gejala dan tanda kelainan jantung, karena itu bidan harus mewaspadai dan mengenali gejala dini Decompensatio Cordis. Puncak keadaan Decompensatio Cordis itu akan dijumpai pada waktu (Manuaba, 1998) :
* Puncak Haemodilusi darah minggu ke 28-32.
* Pada saat inpartu apabila ibu hamil mengerahkan tenaga untuk mengedan.
* Pada saat plasenta lahir, anastomosis arteri – pena hilang dan darah yang seharusnya masuk ke ruang inter pilus sekarang darah kembali ke peredaran darah umum dalam jumlah besar.
* Pada saat Lactasi.
* Pada saat terjadi perdaraah post partum yang memerlukan kekuatan ekstra jantung untuk melakukan konpensasi.
* Pada saat terjadi infeksi post partum.
Cardiac output tergantung pada posisi ibu dan akan menurun pada saat posisi terlentang. Pada saat terlentang uterus gravidus menekan vena kava inferior, mengurangi aliran balik vena ke jantung sehingga menurunkan Cardiac output. Kehamilan penurunan cardiac output akibat posisi terlentang mengakibatkan 1 – 10% ibu hamil mengalami Supine Hipotensi Syindrom yaitu penurunan tekanan darah disertai gejala seperti pusing, mual, rasa seperti akan pingsan
Cardiac output tergantung pada posisi ibu dan akan menurun pada saat posisi terlentang. Pada saat terlentang uterus gravidus menekan vena kava inferior, mengurangi aliran balik vena ke jantung sehingga menurunkan Cardiac output. Kehamilan penurunan cardiac output akibat posisi terlentang mengakibatkan 1 – 10% ibu hamil mengalami Supine Hipotensi Syindrom yaitu penurunan tekanan darah disertai gejala seperti pusing, mual, rasa seperti akan pingsan
C. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Dalam Persalinan
Pada saat persalinan kala1 curah jantung meningkat 20 % dan lebih besar pada kala II, 50% paling umum terjadi saat kontraksi disebabkan adanya usaha ekspulsip (Ban-zion,1994). Perubahan kerja jantung dalam persalinan disebabkan karena his persalinan usaha ekspulsip, pelepasan plasenta yang menyebabkan terhentinya peredaran darah dari plasenta dan kembali kepada peredaran darah umum (1998).
Perubahan selama kontraksi yang ditandai dengan increnetr, decremen merefleksikan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan (Varney, 1997). Peningkatan metabolismenya ini dikarenakan kecemasan dan aktifitas otot skelet. Peningkatan aktifitas direpleksikan dengan peningkatan suhu tubuh, denyut jantubf, respirasi cardiac output dan kehilangan cairan. Kompensasinya adalah tekanan darah meningkat 10-20 mmhg dan peningkatan nadi. Setelah kontraksi sistol kembali ke level semula.
Perubahan selama kontraksi yang ditandai dengan increnetr, decremen merefleksikan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan (Varney, 1997). Peningkatan metabolismenya ini dikarenakan kecemasan dan aktifitas otot skelet. Peningkatan aktifitas direpleksikan dengan peningkatan suhu tubuh, denyut jantubf, respirasi cardiac output dan kehilangan cairan. Kompensasinya adalah tekanan darah meningkat 10-20 mmhg dan peningkatan nadi. Setelah kontraksi sistol kembali ke level semula.
D. Penyakit Jantung Dalam Kehamilan
1. Definisi Penyakit Jantung Dalam Kehamilan
Penyakit jantung dalam kehamilan adalah kelainan kardiovaskuler bawaan atau diperoleh secara organic maupun fungsional yang di jumpai pada wanita hamil, dengan frekwensi 1-4% (Hanifa,1994).
2. Pathofisiologi
2. Pathofisiologi
Setiap kehamilan mempengaruhi sistem kardiovaskuler ibu. Hal ini berlangsung selama masa hamil dan berlanjut sampai beberapa minggu setelah kelahiran bayi. Jantung normal dapat mengkompensasi peningkatan beban kerja jantung sehingga kehamilan dan persalinan umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Apabila perubahan kardiovaskuler tidak ditoleransi dengan baik, kegagalan jantung dapat terjadi pada beberapa minggu terakhir kehamilan, selama proses persalinan, atau selama periode pascanatal (Cunningham,1993). Gangguan jantung dalam derajat tertentu mempengaruhi 0,5%-3% wanita hamil (McKeon,Perin,1989). Peningkatan output jantung membuat peningkatan resiko pada wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung mengalami dekompentatio cordis.
Wanita yang memasuki masa kehamilan dengan penyakit jantung derajat kelas 1, menjadi kelas 2 saat kehamilan dan persalinan (Varney,1997). Penyakit jantung merupakan penyebab utama mortalitas maternal bukan obstetric. Penyakit jantung merupakan penyebab keempat semua kematian ibu, Angka mortalitas mencapai 37% pada wanita hamil dengan miokard infark (Clark,1991).
Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung, dan penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Klasifikasi penyakit jantung organik menurut New York Heart Asosiation :
* Kelas 1
Tidak berbahaya, aktifitas fisik tidak terbatas, tidak ada gejala pada keadaan biasa dan tidak ada angina pectoris
Apabila perubahan kardiovaskuler tidak ditoleransi dengan baik, kegagalan jantung dapat terjadi pada beberapa minggu terakhir kehamilan, selama proses persalinan, atau selama periode pascanatal (Cunningham,1993). Gangguan jantung dalam derajat tertentu mempengaruhi 0,5%-3% wanita hamil (McKeon,Perin,1989). Peningkatan output jantung membuat peningkatan resiko pada wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung mengalami dekompentatio cordis.
Wanita yang memasuki masa kehamilan dengan penyakit jantung derajat kelas 1, menjadi kelas 2 saat kehamilan dan persalinan (Varney,1997). Penyakit jantung merupakan penyebab utama mortalitas maternal bukan obstetric. Penyakit jantung merupakan penyebab keempat semua kematian ibu, Angka mortalitas mencapai 37% pada wanita hamil dengan miokard infark (Clark,1991).
Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung, dan penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Klasifikasi penyakit jantung organik menurut New York Heart Asosiation :
* Kelas 1
Tidak berbahaya, aktifitas fisik tidak terbatas, tidak ada gejala pada keadaan biasa dan tidak ada angina pectoris
* Kelas 2
Agak berbahaya, aktifitas fisik agak terbatas, waktu istirahat tidak ada gejala, kegiatan fisik bias menimbilkan gejala insufisiensi jantung dengan gejala lelah, palpitasi, sesak, angina pectoris, oedema tangan/tungkai
Agak berbahaya, aktifitas fisik agak terbatas, waktu istirahat tidak ada gejala, kegiatan fisik bias menimbilkan gejala insufisiensi jantung dengan gejala lelah, palpitasi, sesak, angina pectoris, oedema tangan/tungkai
* Kelas 3
Berbahaya, aktifitas fisik terbatas, waktu istirahat tidak ada gejala, aktifitas ringan menimbulkan keluhan insufisiensi jantung
Berbahaya, aktifitas fisik terbatas, waktu istirahat tidak ada gejala, aktifitas ringan menimbulkan keluhan insufisiensi jantung
* Kelas 4
Sangat berbahaya, tidak mampu melakukan aktifitas fisik dengan baik, waktu istirahat dapat menimbulkan keluhan insifisiensi jantung
Sangat berbahaya, tidak mampu melakukan aktifitas fisik dengan baik, waktu istirahat dapat menimbulkan keluhan insifisiensi jantung
Katagori penyakit jantung akibat perubahan volume darah (Hanifa,1994):
* Oligosistemik, hipoplasmik, hipovolemia
Ditemukan pada penderita dengan stenosis katup, perbaikan dengan transfusi sel darah merah
* Polisistemik, hipoplasmik, hipervolemia
Ditemukan pada penyakit jantung bawaan di mana terjadi campuran darah dari arteri dan vena
* Polisistemik dan normoplasmik/hiperplasmik hipovolemik
* Polisistemik dan normoplasmik/hiperplasmik hipovolemik
Ditemukan pada penyakit jantung bawaan, terjadi campuran darah arteri dan vena yang hebat seperti pada defek septum, tetralogi fallot, patensi duktus arteriosus, diatasi dengan plebotomi untuk mengurangi volume darah
Asuhan Kehamilan Dan Persalinan Dengan Penyakit Jantung
Efek penyakit jantung terhadap janin :
* Hipoksemia pada ibu terutama dengan kelainan jantung disertai gejala
* Sianosis yang dapat menyebabkan IUFD, IUGR, aspiksi neonatorum,kematian neonatus, partus preterm, dan BBLR.
* Ibu dengan kelainan jantung congenital mempunyai resiko 2-4% melahirkan bayi dengan kelainan jantung (Seller,1993)
3. Etiologi
1) Perubahan fisiologis dalam kehamilan yang memberatkan dan menjadi masalah bagi jantung
2) Jantung rematik dalam bentuk Stenosis Mitral.
Angka kejadian 90% (M.Tobing,2005). Penyakit jantung rematik adalah penyakit autoimun yang di dahului oleh acute rematik fever, disebabkan oleh kuman streptococcus haemolitikus yang umumnya menyerang oropharing, nasopharing, dan kulit. Setelah 2 minggu dapat timbul demam rematik yang didahului dengan gejala suhu subfebris, LED meningkat, terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifat dan tempatnya.
Stenosis mitral merupakan manipestasi terbesar dari penyakit jantung rematik dalam kehamilan. Pada stenosis mitral terjadi peningkatan tekanan pada atrium kiri diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler di paru-paru. Hal ini menyebabkan meningkatnya resiko oedema paru, biasanya tampak mulai kehamilan 20 minggu dan semakin berat pada persalinan.
Peningkatan frekwensi jantung akan meningkatakan waktu diastolic untuk mengalirkan darah melalui katup mitral, sehingga di perlukan peningkatan tekanan pada atrium kiri. Komplikasi yang penting dari stenosis mitral adalah oedema paru dan decompetatio cordis.
Stenosis mitral merupakan manipestasi terbesar dari penyakit jantung rematik dalam kehamilan. Pada stenosis mitral terjadi peningkatan tekanan pada atrium kiri diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler di paru-paru. Hal ini menyebabkan meningkatnya resiko oedema paru, biasanya tampak mulai kehamilan 20 minggu dan semakin berat pada persalinan.
Peningkatan frekwensi jantung akan meningkatakan waktu diastolic untuk mengalirkan darah melalui katup mitral, sehingga di perlukan peningkatan tekanan pada atrium kiri. Komplikasi yang penting dari stenosis mitral adalah oedema paru dan decompetatio cordis.
3) Kelainan jantung congenital
a. Golongan Sianosis
* Tetralogi Fallot
Yaitu kelainan defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, over riding aortic dan hipertropi ventrikel kanan
* Eisenmenger
Yaitu kelainan berupa VSD, Hipertropi ventrikel kanan, over riding aortic, dilatasi arteri pulmonal dan resistensi pembuluh darak pulminal meningkat.
b. Golongan Asianosis
b. Golongan Asianosis
* Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah keadaan dimana masih tetap ada hubungan aorta dengan arteri pulmonalis
* Atrial Septal Defek (ASD) adalah keadaan dimana foramen ovale tetap terbuka
* Ventrikel Septal Defek (VSD) adalan keadaan dimana penutupan sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna
* Koarktasio Aorta adalah penyempitan setempat aorta.
4). Penyakit otot jantung
4). Penyakit otot jantung
* Myocarditis yaitu infeksi karena virus yang berhubungan dengan kekurangan gizi
* Endocarditis (Hanifa,1994 & M.Tobing,2005,Seller,1993)
4. Faktor Predisposisi
* Aktifitas fisik : Aktifitas fisik Ibu hamil dengan cadangan jantung terbatas, harus mengkompensasi beban kehamilan menyebabkan gagal jantung
* Infeksi : Infeksi meningkatkan curah jantunf dan memjadikan pemberat bagi kerja jantung
* Anemia : Ibu hamil dengan anemia sel sabit dan penyakit sel sabit haemoglobin C dapat memperberat penyakit jantung
* Tirotoksikosis
* Obesitas : Dengan peningkatan masa tubuh maka beban jantung menjadi lebih besar
* Hipertensi
* Aritmia
Kerusakan struktur jantung, maka fibrilasi, tachikardi atau pluter atrium dapat mencetuskan gagal jantung Ibu hamil dengan riwayat penyakit jantung (Ben-Zion,1994)
* Puncak hipervolemia pada kehamilan 32-36 minggu
* Partus kala II apabila mengerahkan tenaga untuk mengedan
* Masa pos partum karena dengan lahirnya plasenta anastomisis arteri-vena hilang dan darah yang seharusnya masuk ke daln ruang intervilus sekarang masuk ke peredaran darah sistemik
* Peningkatan usia penderita dengan penyakit jantung hipertensi, superimposed preeklampsia atau eklempsia
* Aritmia jantung atau hipertropi ventrikel kiri
* Riwayat Dekompensatio cordis
* Anemia(Hanifa,1994)
* Infeksi pernapasan
* Demam jantung
* Aktifitas yang berlebihan
* Emosi
* Hipertensi
* Hipertensi gestasional dengan proteinuri (Seller,1993)
5. Komplikasi
* Dekompensatio kordis yang mengakibatkan kematian
* Abortus, persalinan preterm dan BBLR karena ibu menderita hipoksia dan sianosis
* Kematian perinatal
* Tumbuh kembang janin menjadi terlambat secara intelegensi dan fisik(Manuaba,1998)
* Hipoksia dan gawat janin dalam persalinan
* Endocarditis bacterial (Hanifa,1994)
* Gagal jantung kongestif
* Oedema adan emboli paru
* Ruptur aorta (Ben-Zion,1994)
* 25 % kematian terjadi dalam 48 jam pertama setelah persalinan
* 75 % kematian akibat Kegagalan jantung, oedema paru, endokarditis, demam akut rematik (Seller,1993)
6. Tanda dan gejala
* Riwayat penyakit
* Demam rematik
* Operasi jantung/ gagal jantung
* Aktifitas yang tidak dapat ditoleransi
* Sesak napas
* Nyeri dada
* Pemeriksaan fisik
* Desiran kontinu pada jantung
* Disritmia
* Pembesaran jantung
* Ketegangan otot jantung yang berlangsung lama
* Clubing pada jari tangan dan jari kaki
* Sianosis
* Pemeriksaan Penunjang
* EKG
* Thorak Photo
* Echocardiografi Varney,1997)
* Batuk napas pendek dan cepat
* Ronchi paru
* Bengkak pada tungkai
* Apembesaran hepar
* Penonjolan vena jugolaris
* Ibu hamil dengan anemia didapatkan pucat pada conjungtiva, telapak tangan, dan kuku serta lethargi dan kelelahan
* Pada stadium lanjut didapatkan gejala gagal jantung :
* Murmur sistolik besar dan keras
* Murmur diastolic, presistolik atau kontinui
* Pembesaran jantung
* Aritmia
* Sianosis (MNH,2002)
* Cepat lelah
* Jantung berdebar
* Sesak napas dan sianosis
* Oedem tungkai
* Bertambah besar rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (Manuaba,1994)
7. Penegakan Diagnosa
Empat kriteria diagnosis penyakit jantung :
* Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus
* Pembesaran jantung (Dua tanda diatas merupakan tanda khas jantung rematik)
* Bising jantung yang nyaring terutama disertai Thrill (deburan)
* Aritmia yang berat (Burwer & Met Calfe)
8. Penata-laksanaan
Tujuan penatalaksanaan ibu hamil dengan penyakit jantung :
* Mencegah kegagalan jantung kongestif
* Menilai kebutuhan perawatan dan pencegahan pada bakteri endocarditis
* Menyiapkan pasien selama persalinan
* Menyiapkan perawatan yang maksimal selama kehamilan, persalinan dan nifas
* Mengembalikan keadaan ibu mencapai kelas minimal gangguan jantung sebelum hamil (Seller,1993)
Pada Kehamilan
a. Deteksi dini
* Konseling pre konsepsi dengan :
* Konseling pra hamil untuk deteksi penyakit jantung, kolaborasi dengan kardiolog, karena apabila terjadi kehamilan akan membawa resiko
* Deteksi didi keadaan yang menunjukan kondisi yang berhubungan dengan penyakit jantung meliputi : cianosis, endokarditis, tromboemboli, fibrillation dan kegagalan hati
* Memperhatikan resiko penyakit jantung, kelainan jantung kelas 3 & 4 sebaiknya tidak hamil dan dapat memilih cara kontrasepsi AKDR atau kontap
* Kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan apabila di temukan ibu hamil dengan obesitas, anemia, dan riwayat kebiasaan merokok (Seller,1993)
* Mewaspadai gejala gagal jantung pada puncak out put jantung usia kehamilan 20-24 minggu (Varney,1997),usia kehamilan 32-36 minggu (R.Muchtar,1998)
* Ibu hamil dengan gejala penyakit jantung diklasifikasikan kelasnya berdasarkan keluhan dan pemeriksaan untuk menentukan tindak lanjut
* Apabila ditemukan ibu hamil dengan penyakit jantung kelas 3 & 4 usia kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan rujukan kepada dokter spesialis kebidanan untuk penanganan dalam memperimbangkan dilakukan abortus therapeutikus (Hanifa,1994) atau kehamilan diteruskan dengan pemantauan ketat dari Kardiolog.
b. Penanganan awal
b. Penanganan awal
* Konseling tentang keadaan kehamilan dengan penyakit jantung mencakup tanda dan gejala, komplikasi dan tindakan yang harus dilakukan termasuk mendatangi fasilitas kesehatan
* Kolaborasi , konsultasi dan perawatan dengan Gynekolog dan Kardiolog sedini mungkin
* Menganjurkan ANC dilakukan 2 minggu sekali sampai usia kehamilan <28 minggu, 1 minggu sekali setelah usia kehamilan 28 minggu (R.Muchtar,1998)
* Pembatasan aktifitas fisik
* Tidur cukup 8-10 jam, tidur siang 1-2 jam dan istirahat baring minimal ½ jam setiap selesai makan
* Nutrisi cukup gizi, tinggi protein, rendah garam dan membatasi pemasukan cairan (Hanifa,1994). Hindari penimbunan lemak dan cairan. Kolaborasi dengan ahli gizi
* Mengatasi kelebihan berat badan
* Mengatasi anemia
* Menghindari r0k0k dan 0b4t n4rk0t1k4
* Lingkungan rumah baik fisik dan psikologi yang menunjang
* Olah raga ringan sesuai dengan kondisi dan kelas penyakit jantung yang di derita (Seller,1993)
* Menghindari infeksi jalan pernapasan bagian atas, hindari kontak dengan penderita infeksi jalan napas
* Kenali tanda dini dekompensatio cordis yaitu batuk darah, ronchi basah dan dypsnoe. Menurut Mackanzie tanda awal gagal jantung adalah terdengan ronchi tetap didasar paru dan tidak hilang setelah napas dalam 2-3 kali
* Sebaiknya anjurkan pasen masuk rumah sakit 2 minggu sebelum persalinan untuk istirahat (M.Tobing,2005).
c. Penanganan lanjut
c. Penanganan lanjut
* Kolaborasi dengan Gynekolog dan Kardiolog, dilakukan penanganan di rumah sakit.
* Tirah baring total d Rumah sakit untuk mengurangi beban jantung, posisi tidur semi fowler
* Sedasi dengan morfhin 10-15 mg untuk membantu menenangkan kecemasan dan agitasi, karena istiraahat merupakan aspek penting bagi penderita jantung
* Dilakukan pemeriksaan EKG, Thorak photo dan Ekhokardiogarafi
* Setelah kehamilan 32 minggu dilakukan pemeriksaan NST dan USG untuk memantau keadaan janin
* Pengurangan volume darah untuk diuresis dengan Furosemid40 mg iv, menghasilkan diuresis yang cepat 5-15 menit, maksimal 1-2 jam. Diberikan hanya pada keadaan yang mengancam jiwa karena diindikasikan mempunyai efeksamping abnormalitas pada janin.
* Digitalis sangat bermanfaat untuk memperlambat denyut venrtikel
* Cairan dan natrium dibatasi
* Observasi ketat di rumah sakit sampai melahirkan
* Apabila ibu hamil dengan penyakit jantung kelas 3 & 4 dianjurkan untuk persalinan secara Sectio Caesaria (Ben-Zion,1994)
* Teminasi kehamilan dilakukan apabila terjadi suatu keadaan hipertensi yang berhubungan dengan paru-paru, einseimer sindrom yaitu keadaan hipertensi yang dihubungkan dengan kelainan septum sehingga darah yang kurang Oksigen masuk ke paru-paru, cianotik yang kronis, dan Tetralogi Fallot (Seller,1993)
* Penyakit jantung kelas 1 tidak perlu tambahan therapy
* Penyakit jantung kelas 2 perlu mengurangi kerja fisik terutama 28-30 minggu usia kehamilan
* Penyakit jantung kelas 3 perlu therapy digitalis dan dirawat di rumah sakit sejak usia kehamilan 28-30 minggu
* Penyakit jantung kelas 4 dirawat di Rumah sakit dan therapy dari Kardiolog (Mochtar,1998)
Pada persalinan
a. Kala 1
* Penanganan dilakukan oleh Gynekokog, kolaborasi dengan Kardiolog
* Di ruang bersalin disiapkan O2, alat resusitasi, monitor EKG, Morfhin dan diuretikum
* Penderita jantung kelas 1 & 2 dilakukan persalinan pervaginam kerjasama dengan kardiolog dengan pengawasan ketat. Dengan partus pervaginan angka mortalitas dan morbiditas lebih kecil (Hanifa,1994)
* Membuat daptar his, nadi, resfirasi, tekanan darah, dicatat setiap 15 menit pada kala 1 dan setiap 10 menit pada kala 2 & 3 (R.Muchtar,1998). Tanda bahaya bila nadi > 115 dan resfirasi > 28 (M.Tobing,1005)
* Bila ada tanda Dekompensatio Cordis obati dengan digitalis
* Diberikan antibiotik untuk menjauhi infeksi (M.Tobing,2005)
* Pengurang rasa nyeri yang adekuat dapat mengurangi peningkatan curah jantung dan tachikardi.
b. Kala 2
b. Kala 2
* Pimpin persalinan maksimal 15 menit. Bila dalam 15 menit belum lahir dilakukan ekstraksi forsef atau vaccum dengan anestesi local, posisi kepala dan dada ditinggikan (M.Tobing,2005)
* Bila terjadi Dekompensatio Cordis, ibu dilarang mengedan dan persalinan dilakukan dengan segera, bila perlu lakukan efisiotomi dan ekstraksi vaccum
* Persalinan dengan Sectio Caesaria dilakukan bila ada indikasi obstetric (Hanifa,1994)
* Sectio Caesaria dilakukan dengan anestesi lokal dan sedasi jangan lahukan anestesi spinal (MNH,2002).
c. Kala 3
c. Kala 3
* Hindari pemakaian ergometrin kareana akan menghasilkan kontraksi uterus yang bersifat tonik dan akibatnya terjadi pengembalian darah ke sirkulasi besar sekitar 1 liter (Hanifa,1994)
* Hindari perdarahan post partum karena dengan perdarahan akan memacu kerja jantung
* Hindari therapy intravena karena ekspansi intravaskuler dapat meningkatkan kerja jantung, dapat diberikan oksitosin dengan intra muscular (Ben-Zion,1994).
d. Kala 4 & Masa Nifas
d. Kala 4 & Masa Nifas
* Bila memerlukan tranfusi gunakan Pack Red Cell (Ben-Zion,1994)
* Pasang gurita dan kantung pasir di dinding perut dapat dilakukan untuk mencegah perubahaqn mendadak pada sirkulasi abdomilalis
* Lakukan pengawasan ketat pada TTV, perdarahan, anemia, infeksi, tromboemboli
* Beri antibiotika untuk mencegah endikarditis
* Lakukan pengawasan intensif ( high care ) dalam 24 jam post partum pada kondisi pasien dan tanda dini decompensatio cordis
* Pasien didukung untuk banyak tidur dan beristirahat
* Pasien dianjurkan untuk berlatih napas dalam guna mencegah kesulitan pada paru-paru
* Laktasi pada penderita jantung kelas 1 & 2 diperbolehkan
* Penderita jantung kelas 3 & 4 tidak diperbolehkan laktasi
* Ibu bersalin dirawat sampai 2 minggu setealah persalinan.
9. Prognosa
9. Prognosa
- Ibu
* Tergantung dari berat penyakit yang di derita, umur, dan penyulit, therapy, pimpinan persalinan, kerjasama dengan pasien
* AKI 1-5 %
* AKI penderita berat 15 %
- Bayi
- Bayi
* Penyakit jantung ringan tidak terlalu mempengaruhi
* Penyakit jantung berat biasa menimbulkan gawat janin (Muchtar,1998)
Asuhan Kehamilan Dan Persalinan Dengan Penyakit Jantung
DAFTAR PUSTAKA
Ani Riyani, Dra, M.Kes Penuntun Praktikum Biokimia, POLTEKES Bandung,2006
Ben-Zion Taber MD, Kapita Selekta Obstetri dan Ginekologi, EGC 1994
Bobak, Maternity Nursing, EGC 2005
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2003
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002
Dot Stables, Physiologi in Childbearing, Elsevier,2005
Evelyn C Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, 1999
Guyton, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, 1986
Hanifa Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, Yayasan Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 1994
Helen Varney, Varney’s Midwiferry, 1997
Hotma Rumoharbo, Pemeriksaan Fisik, 2ooo
Luz Heller, Gawat darurat Obstetri dan Ginekologi, EGC, 1986
Manuaba, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, 1998
Marigan DL Tobing, Obstetri Patologi, edisi II ,EGC,2005
Nakita, Tetap Sehat dan Prima Saat Berbadan Dua, 2001
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS, FK UNPAD, 2005
Purnawan Junadi, Kapita selekta Kedokteran, Media Aesculapis, 1982
Rustam Muchtar, Sinopsis Obstetri, EGC, 1998
Seller, Midwiferry, Juta & Co Ltd, 1993
Supriyadi, Diktat Anatomi Fisiologi Untuk Kalangan Sendiri, POLTEKES, 2005
Winifred L Strar, Ambulatory Obstetries, third Edition, UCSF Nursing Press, 2001