#7 unsur intrinsik novel adalah pokok utama pembahasan yang akan dijelaskan pada artikel materi pelajaran bahasa indonesia dibawah ini. Adapun kata dari novel yang berasal dari bahasa Italia yakni "novella" yang memiliki arti yakni sebuah kisah atau sepotong/sepenggal berita, sehingga pengertian novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang kemudian ditulis secara naratif dan biasanya disajikan dalam bentuk berupa cerita.
Penulis novel disebut dengan novelis. Pada sebuah novel, didalamnya terdapat dua unsur yang sifatnya membangun atau membentuk novel itu sendiri. Adapun #2 unsur novel tersebut yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Apa itu unsur intrinsik dan ekstrinsik pada novel dapat di jelaskan seperti berikut :
1. Unsur intrinsik novel
Unsur intrinsik novel adalah unsur pada novel yang sifatnya membangun dari dalam novel itu sendiri.
2. Unsur ekstrinsik novel
Unsur ekstrinsik novel adalah unsur pada novel yang sifatnya membangun dari luar novel itu sendiri.
Akan tetapi, pada penjelasan artikel ini hanya akan membahas dan akan fokus pada unsur intrinsik yang terdapat pada novel.
#7 Unsur-Unsur Intrinsik Novel
Sama seperti cerita lainnya, novel memiliki unsur-unsur pembentuk yakni seperti tema, alur / ploat, pernokohan atau perwatakan, sudut pandang / titik pandang, fokus, latar / suasana, suara / nada serta prabayang dan penegangan. Berikut dibawah ini adalah unsur-unsur pembentuk novel yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Tema
Didalam sebuah cerita pasti mempunyai suatu tema. Tema adalah inti dari apa yang ingin di sampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui jiwa sudut ceritanya, yang mana jiwa tersebut di wujudkan dalam bentuk pemberian wadah yang berupa rangkaian-rangkaian peristiwa atau kejadian.
Adapun rangkaian-rangkaian suatu peristiwa atau kejadian disebut dengan alur (plot). Dengan makna lain bahwa rentetan dari rangkaian-rangkaian peristiwa/kejadian yang saling terkait guna mendukung tema yang akan di sampaikan penulis. Didalam tema novel, setiap peristiwa atau kejadian didalam cerita kemudian disampaikan dengan cara monolog ataupun dialog oleh manusia yang mempunyai satu unit klimaks dan anti klimaks.
Klimaks dan anti klimaks pada cerita yang panjang jumlahnya ada banyak. Kumpulan dari unit-unit peristiwa atau kejadian bisa dijadikan menjadi satu bab tanpa menghilangkan kelanjutan (kontinuitas) dari bab cerita / kejadian / peristiwa sebelumnya yang telah terjadi.
2. Alur (ploat)
Alur atau disebut juga dengan ploat adalah suatu liku-liku sebuah kejadian atau peristiwa yang di ketemukan dan dikaitkan kedalam suatu kejadian pokok dengan kejadian pokok lainnya, sehingga dapat menyebabkan kejadian satu dengan kejadian lainnya saling berhubungan dan bersifat logis.
Plot memiliki sifat yang mengikat jalannya suatu cerita, sehingga plot mempunyai klimaks dan anti klimaks yang berdasarkan dari hubungan antar kejadian satu dengan kejadian yang lain. Plot juga dapat lebih berkembang apabila manusia terdapat lebih dari satu yang menjadi pusat yang dikisahkan dalam cerita.
Adapun didalam plot terdapat berbagi macam jenis berdasarkan dari urutan waktu, letak puncak peristiwa dan berdasarkan pada rapat-renggangnya hubungan peristiwa / kejadian satu dengan lainnya. Berikut penjelasannya :
a. Plot berdasarkan urutan waktunya
1. Alur Maju (Alur Kronologis)
Alur maju atau disebut juga dengan alur kronologis adalah peristiwa atau kejadian yang waktunya berurutan. Contoh alur maju (alur kronologis) yakni setahun yang lalu, sebulan yang lalu, seminggu yang lalu dan hari ini.
2. Alur Mundur (Sorot Balik)
Alur mundur atau disebut juga dengan sorot balik adalah peristiwa atau kejadian yang waktunya disusun tidak secara lurus atau dengan kata lain alur yang tidak berdasarkan menurut urutan dari waktu.
Contoh Alur mundur (sorot balik) yakni “kakek Boediono duduk sambil termenung di beranda rumah, kemudian beliau teringat kejadian masa lalu. Jepang melakukan kerja paksa (rodi) membuat terowongan dan rel antar kota. Setelah itu cerita dilanjutkan kembali ke masa sekarang”.
b. Plot berdasarkan letak puncak peristiwanya
1. Urutan Klimaks
Urutan klimaks adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dimulai dari hal yang biasa-biasa dan kemudian menjadi semakin menonjol dan atau menjadi tegang. Adapun kejadian yang menjadi puncak ujung cerita yang mengakhiri cerita tersebut.
Contoh urutan klimaks yakni “ Pada saat heningnya malam hari, dikala semua orang tidur terlelap dan di barengi dengan rintik hujan yang membuat tidur semakin pulas, tiba-tiba terdengar teriakan “Maling-Maling!”. Seluruh orang terbangun dan segera keluar melihat apa yang terjadi. Dan yang terjadi adalah orang yang teriak maling tersebut telah dikeroyok kawanan maling yang jumlahnya banyak hingga babak belur dan membuat warga resah dan takut hingga melaporkan kejadian tersebut kepihak yang berwajib”.
2. Urutan Antiklimaks
Urutan antiklimaks adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dimulai dari hal yang paling menonjol atau peristiwa yang sangat tegang dan kemudian cerita tersebut berakhir dengan kejadian yang biasa-biasa saja.
Contoh urutan antiklimaks yakni “ Pada saat heningnya malam hari, dikala semua orang tidur terlelap dan di barengi dengan rintik hujan yang membuat tidur semakin pulas, tiba-tiba terdengar teriakan “Gempa, Gempa !”. Seluruh orang terbangun dan segera keluar melihat apa yang terjadi. Dan yang terjadi adalah orang yang teriak gempa tersebut ternyata sedang tertidur pulas di pos kamling hingga mengigau pos diguncang gempa. Ia tidak sadar dibangunkan oleh rekan jaga nya. Orang-orang pun hanya tertawa sekaligus sedikit kaget dan kembali ke rumah masing masing dan melanjutkan tidurnya”.
c. Plot berdasarkan rapat–renggangnya hubungan peristiwa / kejadian yang satu dengan yang lainnya
1. Alur Dramatik ( Alur Rapat)
Alur dramatik atau disebut juga dengan alur rapat adalah sebuah alur cerita yang tidak bisa disisipkan oleh peristiwa / kejadian diluar dari alur cerita utama.
2. Alur Renggang (Alur Panoramik)
Alur renggang atau disebut juga dengan alur panoramik adalah sebuah alur cerita yang bisa disisipkan oleh peristiwa / kejadian diluar dari alur cerita utama dan alur ini kebalikan dari alur dramatik. Walau terdapat banyak alur cerita dari masing-masing tokoh akan tetapi akhir dari cerita bisa menjadi alur yang menyatu (satu kesatuan dari alur masing-masing tokoh) yang membuat cerita tersebut menjadi bervarian. Itulah #3 macam jenis plot yang terkandung dalam novel.
3. Pernokohan (perwatakan)
Pernokohan atau perwatakan adalah sifat dari karakter suatu tokoh pemeran dalam sebuah cerita. Adapun didalam perwatakan pada sebuah cerita, terdapat #3 cara untuk mengenalkan watak atau sifat pribadi dari tokoh tersebut yakni sebagai berikut :
a. Pengarang menyebutkan watak tokohnya.
b. Pengarang menggambarkan watak tokohnya dalam tingkah laku dari pelaku seperti gerak-gerik, tindakan dan reaksi pelaku atas suatu peristiwa atau kejadian maupun pelaku terhadap orang lain.
c. Pengarang menggambarkan watak tokohnya dalam ucapan dan percakapan pelaku seperti percakapan dialog pelaku dengan pelaku lainnya ataupun ucapan dari pelaku tersebut mengenai pelaku lainnya yang ada didalam cerita.
4. Sudut pandang (titik pandang)
Sudut pandang atau disebut juga dengan titik pandang adalah sebuah perspektif dari mana cerita tersebut di ceritakan atau dikisahkan. Sudut pandang (titik pandang) ini juga memiliki daya tarik yang kuat didalam suatu cerita.
Sudut pandang (titik pandang) yang pokok (utama) adalah orang pertama, serba tahu dan fikirannya di hanyutkan sehingga pada sudut pandang (titik pandang) dalam suatu cerita akan di ceritakan dan dikisahkan dengan tokoh yang akan menyebutkan dirinya sendiri dengan kata “Saya” atau “Aku”.
Dengan sudut pandang seperti yang telah disebutkan diatas, maka penulis (pengarang cerita) bercerita dengan dia sebagai pelaku utama atau sebagai tokoh utama dalam cerita tersebut dan bukan sebagai dalang dari cerita.
5. Fokus cerita
Fokus cerita adalah titik sebuah cerita atau dengan kata lain pusat dari cerita yang diungkapkan secara jelas. Contoh fokus cerita yakni “perjalanan menuju kota Makassar dengan menggunakan pesawat dari kota Balikpapan. Sehingga yang menjadi fokus cerita adalah mengenai diri saya, mengenai rombongan dan atau mengenai perjalanan itu sendiri didalam cerita tersebut.
6. Latar (suasana)
Latar atau disebut juga dengan suasana adalah latar belakang (background) pada suatu cerita yang didalam penyajiannya seharusnya tidak pernah diketahui atau belum pernah difikirkan oleh pembaca yang dapat memunculkan rasa sangat ingin tahu tentang cerita tersebut dan dapat memberikan suasana baru juga terhadap cerita tersebut.
7. Nada (suara)
Nada atau disebut juga dengan suara adalah orang yang bercerita mengenai cerita tersebut, atau dengan kata lain disebut dengan penutur. Nada suara ini sangatlah penting didalam sebuah cerita, karena dapat mempengaruhi cara bagaimana pembaca menafsirkan cerita yang sedang dibacanya tersebut dengan baik dan benar.
Demikian pembahasan mengenai #7 Unsur-Unsur Intrinsik Novel.